KELOMPOK 10

MAKALAH

JARINGAN KOMPUTER

Sub-Lapisan Medium Access & Network Layer 

             

Nama Dosen: Nahot Frastian, M.Kom

Disusun Oleh:

R3J

Kelompok X

Kukuh Widyantoro                : 2012 4350 1474

Indra Maulana                         : 2012 4350 1464

Aidil Armi Muhamad            : 2012 4350 1466

Fifi Fitri Lusubun                   : 2012 4350 1498

UNIVERSITAS INDRAPRASTA PGRI

FAKULTAS TEKNIK DAN MIPA

TEKNIK INFORMATIKA

2013

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat, rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Adapun judul dari makalah ini adalah “Sub Lapisan Medim Access dan Network Layer” sebagai tugas kelompok menjelang ujian tengah semester di Universitas Indraprasta PGRI Jakarta.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada Bapak Nahot Frastian, M.Kom selaku dosen mata kuliah Jaringan Komputer yang telah banyak memberikan saran dan masukan sehingga makalah ini selesai dikerjakan.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.

 Jakarta,       20 Oktober 2013

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ………………………………………………………………………………………….. ii

DAFTAR ISI ……………………………………………………………………………………………………… iii

BAB I PENDAHULUAN

  1. Latar Belakang …………………………………………………………………………………………..1

  2. Rumusan Masalah……………………………………………………………………………………… 2

  3. Tujuan…………………………………………………………………………………………………….. 3

BAB II PEMBAHASAN

  1. Sub-Lapisan medium Access……………………………………………………………………… 4

  2. Bridge……………………………………………………………………………………………………. 8

  3. LAN Berkecepatan Tinggi………………………………………………………………………… 10

  4. Jaringan Satelit………………………………………………………………………………………. 25

  5. Network Layer………………………………………………………………………………………. 32

  6. Masalah Rancangan Dalam Network Layer………………………………………………… 35

  7. Algoritma Routing…………………………………………………………………………………. 36

  8. Algoritma Pengendalian kemacetan…………………………………………………………. 48

BAB III PENUTUP

  1. Kesimpulan…………………………………………………………………………………………. 50

  2. Saran………………………………………………………………………………………………….. 51

Daftar Pustaka……………………………………………………………………………………………… 52

BAB I

PENDAHULUAN

  1. Latar belakang

Pada dasarnya mata jaringan komputer,adalah sebuah mata kuliah yang mempelajari  tentang system jaringan komputer. Dalam mata kuliah jaringan komputer ini ada materi yang mempelajari tentang Sub-Lapisan Medium Access dan Network layer. Dalam 2 materi tersebut yang berisi tentang :

Sub-Lapisan Medium Access :

  1. Bridge

  2. LAN berkecepatan tinggi

  3. Jaringan Satelit

Network layer

  1. Masalah rancangan dlm network layer

  2. Algoritma routing

  3. Algoritma pengendalian kemacetan

Berdasarkan uraian diatas maka penulis mencoba membuat suatu makalah

yang berjudul “Sub-Lapisan Medium Access dan Network layer”. Maka diharapkan makalah yang kami buat ini dapat membantu pembaca untuk lebih mengerti tentang lapisan jaringan.

  1. Rumusan masalah

berdasarkan latar belakang maka rumusan masalahnya adalah :

  1. Apa itu Sub-Lapisan Medium Access?

  2. Apa pengertian Bridge?

  3. Apa saja fungsi Bridge?

  4. Bagaimana cara kerja Bridge?

  5. Apa saja kelebihan Bridge?

  6. Apa kekurangan Bridge?

  7. Apa yang dimaksud dengan Lan Berkecepatan Tinggi?

  8. Apa pengertian dari Jaringan Satelit?

  9. Bagaimana cara kerja Jaringan Satelit?

  10. Apa saja kelebihan Jaringan Satelit?

  11. Apa saja kekurangan Jaringan Satelit?

  12. Apa pengertian Network Layer?

  13. Apa yang dimaksud dengan Algoritma Routing?

  14. Apa itu Algoritma Pengendalian Kemacet

  1. Tujuan Penulisan Makalah

Berdasarkan Rumusan Masalah maka dapat ditarik tujuan penulisan makalah adalah :

  1. Untuk Mengetahui apa pengertian dari Sub-Lapisan Medium Access.

  2. Untuk dapat memahami pengertian bridge, cara kerja bridge, fungsi bridge, beserta kekurangan dan kelebihannya.

  3. Untuk dapat memahami bagaimana cara kerja  lan berkecepatan tinggi.

  4. Untuk mengetahui apa pengeertian dari satelit, bagaimana cara kerja satelit, apa saja fungsi dari satelit serta kekurangan dan kelebihannya.

  5. Untuk mengetahui pengertian dari network layer serta fungsinya.

  6. Untuk mengetahui apa saja masalah dalam rancangan network layer.

  7. Untuk memahami apa yang dimaksud dengan algoritma routing.

  8. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan algoritma pengendalian kemacetan.

BAB II

PEMBAHASAN

  1. MEDIUM ACCESS SUBLAYER

  1. Jaringan dibagi 2 kategori, yaitu koneksi point-to-point & saluran broadcast.

Masalah jaringan broadcast adalah siapa yang mendapatkan kesempatan memakai saluran bila terdapat persaingan untuk memperoleh saluran tersebut. Bila hanya ada satu saluran yang tersedia, masalah menentukan giliran untuk berbicara menjadi lebih sulit. Saluran broadcast berkaitan dengan multiaccess channels atau random access random. Protokol untuk menentukan giliran pada saluran multiaccess terdapat pada sublayer dari data link layer yang disebut MAC (Medium Access Control) sublayer. (bagian terbawah). Peranan MAC sublayer sangat penting bagi sebuah LAN. dan hampir semua saluran multiaccess menjadikannya sebagai basis komunikasi.

  1. Masalah Alokasi Saluran Statik Pada LAN dan MAN

Cara tradisional dalam mengalokasikan sebuah saluran dengan banyak pengguna yang berkompetisi adalah dengan menggunakan Frequency Division Multiplexing (FDM). Bila terdapat N pengguna, maka bandwidth dibagi menjadi N buah bagian yang berukuran sama. Bila pengguna banyak dan secara kontinu berubah-ubah, atau lalu lintasnya tidak tetap, maka FDM akan mendapatkan kesulitan. Walaupun dengan asumsi bahwa jumlah pengguna dapat dibuat dengan harga konstan N, maka pembagian saluran tunggal menjadi sub-saluran yang statik merupakan hal yang tidak efisien, apalagi bila pengguna tidak melakukan aktifitas, Karena tidak terdapat metoda alokasi saluran statik tradisional yang dapat bekerja baik pada lalu lintas yang tidak tetap, maka akan dibahas metode dinamik.

  1. Saluran Dinamik Pada LAN dan MAN

Terdapat beberapa asumsi saluran dinamik pada LAN dan MAN, sebagai berikut :

  1. Model Stasiun

Model terdiri dari N buah stasiun yang independent (komputer, telepon, alat     komunikasi pribadi pribadi, dll), yang masing-masing memiliki program atau pengguna yang menghasilkan frame untuk transmisi.

  1. Asumsi Saluran Tunggal

Tersedia bagi semua jenis komunikasi. Semua stasiun dapat mentransmisikan

dan  menerima melalui saluran tersebut.

  1. Asumsi Tabrakan

Bila 2 frame ditransmisikan bersamaan, keduanya bertumpang tindih waktunya dan akan menyebabkan signal rusak (collision). Semua stasiun dapat mendeteksinya dan meminta transmisi ulang.

  1. Waktu Kontinu

Transmisi frame dapat dilakukan setiap saat. Tidak terdapat master clock yang membagi waktu menjadi interval-interval diskrit

  1. Waktu Slot

Waktu dibagi menjadi interval-interval diskrit (slot). Transmisi frame selalu dimulai pada awal sebuah slot. Sebuah slot dapat berisi 0, 1 atau lebih frame, yang masing-masing berhubungan dengan slot yang idle, transmisi yang berhasil dan tabrakan.

  1. Carrier Sense

Stasiun daoat mengetahui bahwa saluran yang sedang dipakai sebelum mencoba

menggunakannya. Bila saluran sedang sibuk, maka tidak akan ada stasiun yang

akan mencoba menggunakannya sampai saluran tersebut berada dalam keadaan idle.

  1. No Carrier Sense

Stasiun tidak dapat merasakan keadaan suatu saluran sebelum menggunakanny. Stasiun mencoba menggunakan saluran dan melakukan transmisi. Setelah beberapa

saat kemudian stasiun akan mengetahui bahwa apakah transmisi tersebut berhasil atau gagal.

Multiple Access Protocols

a. ALOHA Murni

Ide dasarnya : Membiarkan pengguna untuk melakukan transmisi kapan saja bila memiliki data yang akan dikirimkan. Tentu saja akan terjadi tabrakan, dan frame-frame yang bertabrakan akan hancur. Dengan sifat umpan balik dari broadcasting, pengirim selalu mengetahui kondisi frame bersangkutan.Sketsa pembuatan frame adalah memaksimalkan penggunaan ukuran frame daripada mengijinkan frame-frame yang panjangnya bervariabel.

b. ALOHA Ber-slot

Meningkatkan kapasitas sistem ALOHA,  yaitu membagi waktu kedalam interval-interval diskrit, yang masing-masing intervalnya berkaitan dengan sebuah frame. Komputer tidak diijinkan untuk mengirimkan sesuatu setiap saat tombol ENTER diketikkan. Akan tetapi, pengiriman frame memerlukan waktu tunggu sampai awal slot berikutnya. Jadi aloha murni yang kontinu diubah menjadi metode diskrit.

Carrier Sense Multiple Access Protocols

Pada LAN, sebuah stasiun dapat mendeteksi apa yang dikerjakan stasiun lainnya, dan menyesuaikan tingkah lakunya. Protokol-protokol dimana stasiun mendengarkan sebuah carrier (yaitu, sebuah transmisi) dan melakukan reaksi sehubungan dengan hal tersebut disebut carrier sense protocol.

Persistent and Nonpersistent CSMA

1-Persistent CSMA

Bila sebuah stasiun memiliki data yang siap dikirimkan, pertama-tama stasiun tersebut akan mendengarkan saluran untuk melihat apakah ada saluran lain sedang melakukan transmisi pada saat itu.

Bila ternyata saluran sibuk, stasiun menunggu sampai saluran itu menjadi bebas. Ketika diketahui terdapat saluran bebas, maka stasiun mulai mentransmisikan frame. Bila terjadi tabrakan, stasiun menunggu dalam selang waktu random dan mulai mengirimkan kembali frame-frame tadi. Protokolnya disebut 1-persistent karena stasiun melakukan transmisi dengan probabilitas 1 setiap saat protokol tersebut menemukan saluran yang bebas.

Nonpersistent CSMA

Sebelum mengirim frame, stasiun melihat saluran terlebih dahulu. Bila tidak ada stasiun lainnya sedang mengirim, maka stasiun tersebut mulai mengirimkan frame-nya. Akan tetapi, bila saluran sedang dalam keadaan dipakai, stasiun tidak mengamati saluran secara terus menerus dengan maksud merebutnya begitu diketahui transmisi sebelumnya selesai dilakukan. Melainkan, stasiun tersebut menunggu dalam selang waktu tertentu dan baru kemudian mengulangi algoritmanya. Secara intuitif akan menyebabkan pemanfaatan saluran yang lebih baik dan delay yang lebih lama dibanding 1-persistent CSMA.

P-persistent CSMA

Ketika sebuah stasiun berada dalam keadaan siap kirim, stasiun mengamati saluran. Bila saluran dalam keadaan kosong, maka stasiun melakukan transmisi dengan probabilitas tertentu. Bila slot dalam keadaan idle, stasiun akan melakukan transmisi atau menundanya lagi, dengan probabilitas tertentu. Proses ini berulang sampai frame dikirimkan atau stasiun lainnya melakukan transmisi. Pada kasus terakhir, stasiun bertindak seperti halnya telah terjadi tabrakan (yaitu, stasiun menunggu dalam perioda waktu random dan mulai melakukan transmisi lagi). Bila pada saat awal stasiun merasakan saluran dalam keadaan sibuk, stasiun menunggu sampai slot berikutnya.

Protokol CSMA persistent dan nonpersistent :

1. Meningkatkan kemampuan protokol ALOHA.

2. Menjamin tidak ada stasiun yang mentransmisikan bila saluran sibuk.

3. Stasiun dapat membatalkan transmisinya bila merasakan tabrakan.

Carrier Sense Multiple Access Deteksi (CSMA) Tabrakan

Stasiun-stasiun yang cenderung menghentikan segera transmisinya begitu mendeteksi tabrakan dari pada menyelesaikan transmisi frame mereka, yang sulit untuk dideteksi kerusakannya. Penghentian dengan segera frame-frame yang rusak dapat menghemat waktu dan bandwidth. Protokol ini dikenal sebagai CSMA/CD (Carrier Sense Multiple Access with Collision Detection), yang digunakan secara meluas pada LAN di dalam MAC sublayer.

CSMA/CD merupakan protokol penting dari IEEE 802.3 (Ethernet).

  1. Bridge

Bridge adalah jenis perangkat antara yang menghubungkan dua jaringan yang protocol lapisan fisiknya berbeda. Hal ini berarti komunikasi terjadi pada level MAC (lapisan data link bagian bawah) yang serupa.Bridge memiliki sifat yang tidak mengubah sesuai isi maupun bentuk frame yang diterimanaya, disamping itu bridge memiliki buffer yang cukup untuk menghadapi ketidak sesuaian kecepatan pengiriman dan penerimaan data.

Cara Kerja Bridge:
Bridge memetakan alamat Ethernet dari setiap node atau titik yang ada pada masing-masing segmen jaringan dan hanya memperbolehkan lalulintas data yang diperlukan melintasi bridge. Ketika menerima sebuah paket, bridge menentukan segmen tujuan dan sumber. Jika segmennya sama, paket akan ditolak, dan jika segmennya berbeda, paket paket diteruskan ke segmen tujuan. Dengan demikian bridge juga mencegah pesan rusak agar tidak menyebar keluar dari satu segmen. 

Bridge bekerja pada lapisan physical layer dan data link layer, sehingga akan mempengaruhi unjuk kerja LAN bila sering terjadi komunikasi sistem yang berada di LAN yang berbeda yang terhubung oleh Bridge.

Alasan penggunaan bridge

Beberapa alasan mengapa bridge digunakan untuk menghubungkan beberapa LAN adalah sebagai berikut :

  1. Keterbatasan LAN, hal ini berkaitan erat dengan:

  1. Jumlah maksimum stasiun

  2. Panjang maksimun segmen

  3. Bentang jaringan ( Network span)

  1. Kehandalan dan keamanan lalu lintas data

Bridge dapat menyaring lalu lintas data antar dua segmen jaringan

  1. Unjuk kerja

Semakin besar LAN (jumlah stasiun maupun jarak), unjuk kerja semakin menurun

  1. Kerterpisahan geografis

Bila dua sistem pada tempat yang berjauhan disambungkan, penggunaan bridge dengan saluran komunikasi jarak jauh ( misalnya radio atau gelombang mikro) jauh lebih masuk akal dibandingkan menghubungkan langsung dua sistem tadi dengan kabel coaxial misalnya.

Penggolongan Bridge

Dari sudut kelengkapan fungsi, perangkat ini dapat digolongkan dalam 3 macam:

  1. Bridge sederhana

Bila suatu simpul jaringan mengirimkan data kesimpul jaringan lain, maka bridge sederhana akan menyebarkan data tersebut kesemua jaringan.Bridge sederhana, memiliki urutan kerja sebagai berikut :

  1. Baca semua paket data yang datang dari suatu jaringan.

  2. Sebarkan kesemua simpul jaringan yang lain.

  1. Bridge belajar

Jenis ini memiliki kemanpuan memilih paket mana yang ditunjukan pada segmen lain jaringan, dan meneruskam paket tersebut pada jaringan yang sesuai tersebut.Hal ini dimungkinkan karma protocol lapisan MAC memang terdapat field alamat tujuan paket. Kini bridge sesderhana juga telah dilengkapi dengan kemampuan belajar tersebut.

Bridge belajar, memiliki urutan kerja sebgai berikut :

  1. Baca semua paket data yang datang dari suatu jaringan.

  2. Pilih dan terima semua paket data yang tidak dialamtkan utuk jaringan pertama tadi.

  3. Kirimkan ( teruskan ) pake data yang diterima tadi kejaringan lain yang terhubung pada bridge.

  1. Bridge dengan kempuan pencarian jalan (routing).

Jenis ini juga memiliki kemampuan jenis sebelumnya, ditambah dengan kemapuan pencarian jalan.Pada bridge yang mempunyai fasilitas mencari jalan, terdapat beberapa strategi yang digunakan, antaralain :

  1. Fixed routing

  2. Penggunaan algoritma spaningg tree, dengan menganggap LAN sebagai symbol (node) graph dan bridge sebagai sisi (edge) graph.

  3. Source routing.

Dari sudut jangkauan, perangkat ini dapat dikelompokan menjadi dua bagian,yaitu sebagai berikut :

  1. Bridge tempat (local bridge)

Jenis ini tersambung langsung pada 2 jaringan yang dihubungkan.

  1. Bridge jarak jauh

Bridge jenis ini terdapat pada 2 buah segmen jaringan. Kedua  bridge jenis ini dihubungkan dengan saluran komunikasi tertentu. Dengan demikian bridge jenis ini selalu bekerja berpasangan.

2.3. LAN berkecepatan tinggi

A. FDDI(Fiber Distrubuted Data Interface)

FDDI merupakan LAN token ring beroperasi pada kecepatan 100 Mbps, jarak sampai 200 km dengan 1000 stasiun yang berhubungan.Kegunaannya sendiri sebagai backbone untuk menghubungkan LAN kawat tembaga.Memiliki lebar pita yang lebarMenggunakan serat optik multimodeMenggunakan LED : selain murah juga aman bagi pengguna.Tidak akan terjadi eror melebihi 1 eror dalam 2.5 x 10 10 bit. Pengkabelan FDDI terdiri dari dua serat yaitu :

  1. Transmisi searah jarum jam

  2. Berlawanan jarum jam

Digunakan sebagai cadangan apabila salah satu ring putus.Bila putus dititik yang sama maka akan digabungkan menjadi sebuah ring tunggal.

B. Physical layer

Menggunakan pola 4 dari 5 yaitu masing-masing kelompok 4 simbol MAC di-encode sebagai kelompok 5 bit pada medium.32 bit terdiri dari :

  1. 16 bit : untuk data

  2. 3 bit : untuk delimeter

  3. 3 bit : untuk kontrol

  4. 3 bit : untuk persignalan hardware

  5. 8 bit : tidak dipakai (untuk cadangan versi protocol)

Keuntungan pola adalah penghematan lebar pita. Sedangkan kerugian pola yaitu hilangnya sifat self-clocking Manchester encoding.

C. Fast Ethernet

Fast Ethernet merupakan sebuah sebutan untuk teknologi jaringan Ethernet yang menawarkan kecepatan yang lebih tinggi dibandingkan dengan standar Ethernet biasa.Kecepatan yang ditawarkannya mencapai 100 megabit per detik.Fast Ethernet menggunakan metode media access control yang sama dengan Ethernet, yakni Carrier Sense Multiple Access with Collision Detection(CSMA/CD).

11

  1. Kabel yang digunakan dalam pada Fast Ethernet

a. Copper

  1. 100Base-T2  :Data dikirimkan melalui 2 pasang kabel tembaga

  2. 100Base-T4 : Jaringan  ethernet  dengan  kecepatan  hingga  100  (fast  ethernet).  Jarak maksimum per segmen adalah 100m dengan menggunakan kabel twisted pair kategori 3.

  3. 100Base-Tx : Jaringan ehternet berkecepatan  tinggi 100Mbps. Jarak maksimum persegmen adalah 100m full duplex. Jaringan ini menggunakan kabel twisted pair.

b. Fiber

  1. 100Base-FX : Jaringan ehternet berkecepatan tinggi 100Mbps. Jarak maksimum per segmen adalah 2000m full duplex dengan menggunakan media 2 kabel fiber optik.

  2. 100Base-SX : Jaringan ethernet menggunakan 2 kabel fiber optik untuk transmit dan receive dengan jarak maksimum 300m

  3. 100Base-BX : Jaringan ethernet menggunakan 1 kabel fiber optik dengan tipe singlemode.

D.100VG-ANYLAN

100VG-AnyLAN merupakan jawaban Hewlett-Packard dan IBM tentang teknologi 100 Base-X (Fast Ethernet). Ini merupakan jaringan berbasis 100 Mb/s yang menggunakan kabel 4-pair UTP. Jika menggunakan kabel kategori 3 atau 4, 100VG-AnyLAN dapat beroperasi hingga mencapai jarak 330 kaki. Dengan kabel kategori 5, dapat mencapai jarak 600 kaki. Jika menggunakan kabel fiber optic atau copper mampu mencapai jarak hingga 2 kilometer. 100VG-AnyLAN kompatibel dengan tipe jaringan Ethernet dan Toke Ring, dimana fitur 100VG-AnyLAN memang dirancang untuk dengan mudah bermigrasi dari tipe network lain ke 100VG-AnyLAN. IEEE menyetujui standar dari 100VG-AnyLAN, dan dijelaskan secara lengkap pada standar 802.12.

Sejak 100VG-AnyLAN didesain dari bawah ke atas untuk menjadi teknologi berkecepatan tinggi, para pengembang dapat merancang untuk menghasilkan fitur yang lebih baik tanpa harus berpijak pada teknologi yang lama ( contoh CSMA/CD) yang dapat bekerja baik pada kecepatan rendah tapi kurang effisien pada kecepatan 100 Mb/s.

Topologi dari 100VG-AnyLAN adalah tree (pohon). Setiap jaringan 100VG-AnyLAN mempunyai hub central yang dihubungkan ke hub lain atau jaringan lain.Hub disusun hingga tiga kedalaman. Semua hub 100VG-AnyLAN mempunyai port “Uplink” spesial yang digunakan untuk dihubungkan ke port hub dengan posisi lebih tinggi dalam jaringan. Berikut ini terdapat ilustrasi dari topologi 100VG-AnyLAN, perlu dicatat bahwa setiap hub dapat dihubungkan ke jaringan lain atau hub lain.

Cara kerja100VG-AnyLAN menggunakan metode akses yang disebut “Demand Priority Access” (Akses Prioritas Permintaan) dan berikut cara kerjanya. Hub merupakan alat pintar yang berfungsi sebagai “polisi lalu lintas” untuk alat yang akan melakukan transfer data ke jaringan. Alat yang akan mentransmisi pertama kali mengirim permintaan ke hub. Semua hub di jaringan akan saling bernegosiasi dan menentukan kapan mereka akan mengijinkan transmisi berjalan. Jika jaringan siap, hub akan mengirimkan sinyal “go” ke alat yang akan melakukan transmisi dan alat tersebut akan mulai mengirimkan datanya.

Sepertinya skema ini tidak praktis dan tidak efisien, tapi sebaliknya. User pada jaringan bahkan tidak perlu tahu cara kerjanya, dan tidak perlu melakukan hal khusus untuk melakukan setting supaya dapat berfungsi. Semua terjadi dalam hitungan mikrosecond, sejak tidak diperlukannya banyak waktu untuk sebuah alat melakukan transmisi data, maka tabrakan tidak akan terjadi seperti yang terjadi pada jaringan CSMA/CD. Hasilnya kecepatan jaringan yang dipakai akan lebih efektif karena bandwith tidak diambil oleh proses tabrakan data dan proses transmisi ulang.

Contoh DPA yang baik adalah di dunia nyata yaitu ketika diadakan pertemuan resmi, seperti Kongres dengar pedapat. Jika seseorang yang akan bicara tanpa ada kontrol dari pembicara, maka pertemuan akan menjadi pertemuan yang sangat berisik dan tidak menghasilkan sesuatu tujuan yang tercapai. Sekarang, jika seseorang ingin berbicara maka ia harus mengangkat tangan hingga dikenali. Setelah dikenal, orang ini akan berbicara sesuai bagiannya dan kembali duduk. Tidak ada orang yang terlewati giliran, setelah pertemuan selesai, semua urusan telah selesai.

DPA juga mempunyai aturan lalu lintas dengan Prioritas tinggi (High Priority). Jika suatu alat mempunyai pesan penting untuk dikirim, maka dapat meminta akses High Priority dari hub. Sehingga ketika hub mendapat pesan seperti itu, maka lalu lintas dengan prioritas tinggi akan dikirim terlebih dahulu sebelum lalu lintas dengan prioritas rendah.

Fitur terakhir dari protokol DPA yaitu jika lalu lintas dengan prioritas rendah sudah menunggu selama lebih dari 300 microsecond (0.0003 second) maka otomatis status akan dinaikkan menjadi lalu lintas dengan prioritastinggi. Oleh karena itu jalur dengan prioritas tinggi tidak akan memonopoli kecepatan jaringan.

Penggunaan100VG-AnyLAN adalah pilihan yang tepat untuk jaringan dimana kecepatan yang menjadi pokok utama, sekarang server dan workstation dibangun dengan dasar prosesor berkecepatan tinggi seperti Intel Pentium yang dapat menciptakan jumlah lalu lintas jaringan yang lebar. Juga, tren sekarang mulai merambah dunia multimedia, dimana video dan suara dengan ukuran besar berusaha ditampilkan ke komputer pengguna untuk keperluan video conference, ini memerlukan bandwith yang lebar dan cepat daripada jaringan 10 Mb/s Ethernet.

Fungsi lain dari 100VG-ANyLAN yang lebih unggul adalah dapat menjadi tulang punggung dari jaringan Switched Ethernet. Pada penggunaan ini terdiri dari banyak switch Ethernet, yang masing-masing melayani jaringan kecil, yang terhubung melalui jaringan 100VG-AnyLAN.

Topologi jaringan seperti ini sangat sesuai untuk penggunaan jaringan pribadi dimana tidak begitu memerlukan bandwith yang besar. Akan tetapi pembagian jaringantetap diperlukan untuk mencegah terlalu padatnya user. Biasanya, server jaringan juga dipasang 100VG-AnyLAN sebagai tulang punggung jaringan. Seperti gambar …. Keunggulan dari jaringan tipe ini adalah mudah untuk bermigrasi ke jaringan model 100VG-AnyLAN, hanya dengan mengganti Switch Ethernet dengan Hub 100VG-AnyLAN, dan mengganti NIC 10 Base-T dengan Card 100VG-AnyLAN. Ini tidak mengharuskan customer melakukan rekonstruksi jaringan ulang dimana memerlukan biaya yang sangat mahal.

  1. HIPPI (High Performace Parallel Interface)

HIPPI merupakan protocol transfer data berkecepatan tinggi, Awalnya dirancang sebagai saluran data point to point bukan LAN.Karena kebutuhan perpindahan peripheral maka ditambahkan sebuah crossbar switch ke HIPPI.Untuk meningkatkan kinerja Lebar interface dibuat 50, 32 bit data, dan 18 bit kontrol sehingga HPPI terdiri dari 50 twisted pair.Dengan bermacam fungsi, keunggulan dan batasan, antara lain :

  1. Kecepatan Transfer Data 800 atau 1600 Mb/s.

  2. Menggunakan 50 atau 100 pasang kabel koneksi (50 pasang untuk 800 Mb/s, 100pasang untuk 1600 Mb/s).

  3. Mempu menjangkau hingga jarak 25 km.

  4. Trasfer parallel data hingga 32 bit (untuk 800 Mb/s) atau 64 bit (untuk 1600 Mb/s).

  5. Protokol berbasis koneksi.

  6. Koneksi point to point.

  7. Metode komunikasi simplex.

  1. Standard HIPPI

Mencakup physical layer dan data link layer.Untuk layer-layer diatasnya tergantung pengguna.Protocol dasarnya untuk berkomunikasi.Langkah-langkahnya :

  1. Host meminta crossbar switch untuk membentuk koneksi. Kemudian mengirimkan sebuah pesan dan membebaskan koneksi tersebut.

  2. 2.      Pesan-pesan dibentuk oleh control word

  3. Pesan dipecah menjadi frame-frame berukuran 256 (untuk kontrol aliran).

  4. Memberi signal ke prngirim kemudian mengirim frame.

  5. Kontrol eror : bit parity horizontal per word dan bit parity vertical pada akhir setiap frame.

Protokol HIPPI di terbentuk dari beberapa layer oleh beberapa kumpulan standard. Saat ini baru HIPPI Phisical Layer saja yang telah menjadi standard ANSI, untuk standar HIPPI lainnya sedang dalam proses.

  1. HIPPI Data Channel

HIPPI Phisical Channel beroperasi pada kecepatan 800 Mb/s ( atau 1600 Mb/s). Design channel ini beroperasi secara point-to-point simplex pada 800 Mb/s (1600 Mb/s) menggunakan kabel twisted-pair, dua channel/kanal diperlukan untuk beroperasi secara duplex. Jarak yang mampu ditempuh dengan point-to-point ini mencapai 25 meter antara pengirim dan penerima. Untuk transmisi jarak jauh dapat menggunakan kabel serial-coax atau fiber-optic.

Data dan odd parity bus dengan masing-masing lebar 32 (64) bit dan 4 (8) bit, dirancang untuk beroperasi pada metode simplex dengan kecepatan 800 (1600) Mb/s. Urutan Framing ditunjukkan pada gambar dibawah ini :

Koneksi pada HIPPI serupa dengan koneksi yang dibuat ketika menelpon. Ketika koneksi sudah berhasil/terhubung maka paket dapat segera dikirim. Setiap paket berisi satu burst atau lebih, dimana setiap burst terdiri dari 256 karakter. Burst yang mengandung kurang dari 256 karakter, hanya terdapat di bagian awal dan akhir paket saja. Setiap karakter terdiri dari 32 atau 64 bit bit. Delay waktu antar paket dan burst bervariasi.

  1. HIPPI Switch Control

HIPPI Phisical Layer, hanya melayani koneksi point-to-point, dankoneksi antar dua alat saja, kondisi ini sangat tidak menarik untuk sebagian besar instalasi jaringan. Untuk memungkinkan adanya koneksi yang sangat banyak maka HIPPI Switch Control berfungsi untuk mengatur semua koneksi antar alat di dalam jaringan sehingga dapat berjalan bersama-sama. HIPPI Switch Control (HIPPI-SC) terdiri dari elemen yang memungkinkan supaya HPPI Channel dapat digunakan di lingkungan jaringan. Koneksi ke Jaringan HIPPI Channel menggunakan n x n Crossbar switches ( n – channel input, n – channel output ) melalui metode simplex atau duplex tergantung dari koneksi yang terjadi antar alat.

HIPPI Switch Control dapat terdiri dari lebih dari satu Switch, dimana satu alat yang terhubung dengan salah satu switch dapat berkomunikasi dengan alat lain yang terhubung juga dengan switch lainnya. Cara kerjanya : sumber ke port input switch, port input switch ke port output switch, port output switch ke port input switch lainnya atau langsung kea lat sebagai tujuan.


  1. HIPPI Framing Protokol (HIPPI-FP)

Standar ini berisi format dan isi ( termasuk header) setiap paket dari informasi user. Terkadang layer lain di implementasikan di atas layer ini. Perlu dicatat juga layer ini berfungsi membagi paket ke dalam bentuk paket 1 atau 2 Kbyte yang dibutuhkan oleh layer fisik.

Isi dari frame HIPPI-FP antara lain:

  1. Header_Area (64 bits)
    a. D2_Offset (word 0, bits 0 – 2)) — The offset D2_Area buffer dari bit pertama informasi user.
    b. D1_Area_Size (word 0, bits 3 – 10) – berisi ukuran D1_Area.
    c. Reserved (word 0, bits 11 – 21).
    d. B (word 0, bit 22) – Bit ini memberi informasi tentang tujuan: diisi 1 jika D2_Area akan menuju subsequent burst (bukan seharusnya). Ini akan memberikan informasi ke protocol layer atasnya jika perlu dari status data user.
    e.  P (word 0, bit 23) — diisi 1 jika D1_Area ada. (diisi 0 jika tidak.)
    f.  ULP-id (word 0, bits 24-31) – menentukan layer diatasnya paket mana yang akan di krimkan.
    g. D2_Size (word 1) – berisi jumlah byte yang harus ditemukan dalam D2_Area .

  2. D1_Area (0 – 1016 bytes) – berisi data protokol.

  3. D2_Area (0 – (2^32 – 2)) – berisi data user.
    a. Padding (0 – 7 bytes) — hingga 7 bytes tidak digunakan, untuk melakukan perubahan D2_Data_Set pada sumber dan atau tujuan.
    b. D2_Data_Set (0 – (2^32 – 2) bytes) – berisi user data.
    c. Padding (0 – 2047 bytes) – mungkin tidak digunakan.

  1. Standar HIPPI Lainnya

Terdapat tiga standar HIPPI lainnya yang dibangun diatas standar layer HIPPI-FP, yaitu :

  1. HIPPI-LE(Link Encapsulation) memberikan informasi header IEEE 802.2 LLC ke D1_Area dan awal D2_Area .

  2. HIPPI-FC(Fibre Channel) memetakan produk Fibre Channel ke standar HIPPI-FP. Standar ini tidak terlalu penting karena produk Fibre Channel dapat beroperasi pada layer HIPPI physical.

  3. HIPPI-IPI(Disk & Tape Commands) memetakan perintah standar IPI-x ke header HIPPI-FP.

  1. Fibre Channel

Fibre Channel atau FC, merupakan teknologi Jaringan dengan kecepatan hingga Gigabit. Teknologi ini biasanya digunakan untuk Jaringan penyimpanan ( Storage Networking). Pada awalnya, Fibre Channel hanya digunakan pada Supercomputer saja, namun sekarang telah menjadi standar tipe koneksi / protokol pada Jaringan Penyimpanan atau Storage Area Network (SAN) untuk memenuhi kebutuhan akan transfer informasi dengan performa tinggi.

Tujuan utama dari Fibre Channel meliputi :

  1. Transfer data yang cepat antar workstation, mainframe, supercomputer, media penyimpanan, computer desktop, layer dan peripheral yang lain.

  2. Bandwith yang tinggi (100 Mb/s, 200 Mb/s, 400 Mb/s, 1200 Mb/s)

  3. Memungkinkan untuk berbagai kanal dan protocol jaringan untuk berjalan bersama dalam media dan jalur yang sama.

  4. Topologi yang flexible

  5. Koneksi dengan jarak kilometer

  6. Mendukung bermacam kecepatan data, tipe media, dan conector

  7. Full duplex

Fibre Channel merupakan antarmuka transfer data dengan kecepatan tinggi hingga 2,5 – 250 kali lebih cepat dari antarmuka komunikasi yang ada. Fibre Channel berjalan dengan empat kecepatan: 100 megabytes per detik (Mbytes/s), atau 1062.5 megabaud, 50 Mbytes/s atau 531.25 megabaud, 25 Mbytes/s atau 265.625 megabaud, and 12.5 Mbytes/s atau 132.812 megabaud. Setiap port Fibre Channel 100-Mbyte/s port dapat menggantikan lima port SCSI dengan kecepatan 20-Mbyte/s SCSI ports. Fibre Channel mampu menangani bandwith jaringan hingga 1 gigabit per detik. Fibre Channel dapat beroperasi diatas kabel copper dan fiber optic. Fibre Channel beroperasi dengan metode full duplex dengan masing-masing kabel berfungsi pengirim dan penerima.

  1. Topologi

Fibre Channel dapat diimplementaiskan ke dalam tiga bentuk topologi untuk menghubungkan berbagai macam alat, dalam istilah Fibre Channel disebut Node, setiap node terdiri dari satu atau lebih port seperti I/O adapter. Port dalam Fibre Channel disebut dengan N_Port, koneksi antar port disebut links. Topologi Fibre Channel antara lain :

  1. Point-to-Point, (FC-P2P). Dua alat saling terhubung, ini merupakan topologi paling sederhana, dengan konektivitas yang terbatas.

  2. Arbitrated Loop, (FC-AL). Dalam topologi ini, semua alat terhubung secara melingkar, hampir sama dengan topologi jaringan token ring.

  3. Switched fabric, (FC-SW). Semua alat saling terhubung menggunakan Swicth Fibre Channel, hampir sama dengan konsep Ethernet. 


  1. Layer

Struktur dari Fibre Channel tersusun dari lima level layer. Protokol user yang akan di dikirim melalui fibre Channel, cth : SCSI (Small Computer Systems Interface) atau IPI (Intelligent Peripheral Interface) dikenal dengan Upper Level Protokol (ULP) dan berada di luar layer Fibre Channel.

  1. FC-4: The Protocol Mappings Layer
    Layer yang mempunyai posisi paling atas di Fibre Channel ini, bertugas untuk memetakan interface ULP ke layer bawahnya. Fibre Channel mendukung beberapa protocol :
    a. Small Computer System Interface (SCSI)
    b. Internet Protocol (IP)
    c. High Performance Parallel Interface (HIPPI) Framing Protocol
    d. Intelligent Peripheral Interface – 3 (IPI-3) (disk and tape)
    Setiap ULP yang didukung oleh Fibre Channel membutuhkan pemetaan FC-4 yang terpisah dan di definisikan dalam dokumen FC-4 yang berbeda pula. Sebagai contoh : Protokol Fibre Channel untuk SCSI di sebut dengan FCP menentukan layer yang akan digunakan oleh servis layer yang ada di bawahnya untuk mentransmisikan perintah SCSI, data dan status informasi antara pengirim dan penerima. ULP tidak berhubungan langsung dengan antarmuka atau medium fisik. Contoh, protocol SCSI didukung oleh Fibre Channel, tapi tidak membutuhkan bus SCSI itu sendiri.

  2. FC-3: The Common Services Layer
    Sebuah Node bisa sebuah computer atau peripheral. Level FC-3 menentukan servis yang dipakai oleh berbagai port di dalam Node.

  3. FC-2: The Framing Protocol Layer
    Level ini menentukan sinyal paket, termasuk frame dan struktur byte, yang menjadi mekanisme transport data di Fibre Channel. Level ini juga mempunyai protocol framing, yang berfungsi membagi urutan data menjadi frame-frame sendiri untuk transmisi, flow control, 32-bit CRC, dan beberapa level servis.

  1. FC-1: The Encode/Decode Layer
    Layer ini menentukan protocol transmisi, termasuk juga skema encode/decode 8B/10B, sinkronisasi byte, dan control error karakter-level. 8B/10B merupakan skema encode/decode utk mencapai keseimbangan-dc (dc-balance) yaitu proses konversi data 8-bit menjadi 10-bit untuk mencapai keseimbangan-dc yang akan dilewatkan melalui Fibre Channel, kemudian akan dikonversi kembali menjadi data 8-bit ke penerima. Menggunakan 10-bit tiap karakter akan memiliki kemungkinan nilai sebanyak 1024.

  2. FC-0: The Physical Layer
    FC-0, merupakan layer terendah dari lima layer yang ada, layer ini menentukan karakteristik fisik dari media yang digunakan, termasuk kabel, connector, driver (ECL, LEDs, shortwave lasers, longwave lasers, dll), transmitter, kecepatan transmisi, penerima dan parameter elektrik dan optic untuk bermacam-macam kecepatan data dan media fisik.

Secara garis besar ketiga layer terendah dalam Fibre Channel merupakan antarmuka fisik dan sinyal dari fibre Channel, biasa disebut FC-PH. FC-PH merupakan gabungan dari beberapa interface kanal/jaringan. Ini mendukung interface kanal beberapa peripheral seperti : SCSI, IPI, and HIPPI (High-Performance Parallel Interface) seperti protocol TCP/IP. FC-PH serupa dengan suatu jaringan yang berfungsi untuk berkomunikasi, jarak, dan interface serial, juga dapat berlaku sebagai kanal I/O untuk memenuhi kesederhanaan, kehandalan dan ketersediaan fungsi hardware.

  1. Jaringan Satelit

Satellite merupakan alat dalam orbit bumi yang khusus untuk menerima atau menghantarkan  data secara nirkabel (tanpa kabel). berkomunikasi melalui frekuensi radio. Komunikasi satelit mirip dengan line-of-sight microwave (transmisi mengikuti garis lurus/LoS). hanya saja salah satu stasiunnya, yaitu satelit, mengorbit di atas bumi. Satelit berfungsi seperti antena dan repeater yang sangat tinggi. Satelit komunikasi merupakan stasiun Relay atau Repeater gelombang microwave yang diletakkan di angkasa. Satelit ini menerima sinyal radio dengan bidang frekuensi tertentu dari bumi setelah diperkuat dan diubah ke bidang frekuensi yang berbeda.

Komunikasi satelit ini banyak memberi keuntungan yaitu lebih banyak informasi yang dapat ditumpangkan dengan menggunakan Microwave frekuensi Gega Hertz, kemudian jangkauan pancarnya luas bahkan dapat menjangkau tempat-tempat terpencil.Satelit komunikasi digunakan untuk mengatasi kendala geografis, mudah, jaringan yang fleksibel dan murah dan cepat untuk menggelar jaringan. Di bandingkan wireless, wireless sulit dalam keadaan geografis, dan juga frekuensi gelombang yang transmitkan dapat terhalang oleh bangunan – bangunan ataupun gedung – gedung.

Media transmisi data dengan menggunakan satellite adalah sebuah interkoneksi komunikasi data dengan menggunakan satelit yang diletakan diluar muka bumi dengan ketinggian tertentu dimana pembawa sinyalnya menggunakan frequensi tertentu yang dipancarkan dari stasiun dimuka bumi dan dipantulkan oleh satellite untuk diarahkan ke permukaan bumi lainnya selama masih dalam coverage area satellite tersebut.

Untuk pelaksanaan komunikasi, satelit harus mengorbit atau mengelilingi bumi yang berotasi. Orbit yang digunakan adalah orbit Geosynchronous dimana dengan menggunakan orbit ini sebuah satelit dapat menjangkau sepertiga bagian bumi dengan ketinggian 36.000 Km (22.300 Miles) dari permukaan bumi, satelit yang mencapai ketinggian seperti ini memiliki lintasan yang mengelilingi bumi selama 24 jam sehingga akan selalu tampak diam terhadap suatu titik di permukaan bumi.

Satelit dengan menggunakan orbit ini sangat menguntungkan yaitu biaya untuk mengontrol satelit relatif lebih rendah dan hubungan tidak pernah putus. Satelit Intelsat dan Palapa adalah beberapa contoh satelit yang menggunakan orbit Geosynchronus.

Kelebihan Media Transmisi Satelit:

Area coverage yang luas, jangkauan cakupannya yang luas baik nasional, regional maupun global, bahkan dapat mencapai setengah dari permukaan bumi.VSAT bisa dipasang dimana saja selama masuk dalam jangkauan satelit.Dapat Koneksi dimana saja. Tidak perlu terjadi LoS (Line of Sight) dan tidak ada masalah dengan jarak, karena garis lurus transfer data ke arah luar bumi jadi tidak terhalang oleh bangunan – bangunan/ letak geografis bumi.Komunikasi dapat dilakukan baik titik ke titik maupun dari satu titik ke banyak titik secara broadcastingmulticasting. Handal dan bisa digunakan untuk koneksi voice (PABX), video dan data, dengan menyediakan bandwidth yang lebar dengan menyewa pada provider saja.Jika ke internet jaringan akses langsung ke ISP/ NAP router.Sangat baik untuk daerah yang kepadatan penduduknya jarang dan belum mempunyai infrastuktur telekomunikasi.

Media transmisi satelite(VSAT) tidak akan bertabrakan dengan VSAT yang lain karena memiliki orbit masing – masing yang bersifat unik, jadi tidak mungkin sama. Sedangkan pada wireless, bisa saja terjadi tabrakan frekuensi dengan pengguna wireless yang lain atau frekuensi di daerah tersebut sudah penuh sehingga mengalami kesulitan.

Kelemahan yang terletak pada media transmisi wireless :

Untuk melewatkan sinyal TCP/IP, besarnya throughput akan terbatasi karena delay propagasi satelit geostasioner. Kini berbagai teknik protokol link sudah dikembangkan sehingga dapat mengatasi problem tersebut.Diantaranya penggunaan Forward Error Correction yang menjamin kecilnya kemungkinan pengiriman ulang.Harga relatif mahal karena menyewa dengan sebuah provider.Memakan tempat, terutama untuk piringannya/antenanya.

Waktu yang dibutuhkan dari satu titik di atas bumi ke titik lainnya melalui satelit adalah sekitar 700 milisecond (latency), sementara leased line hanya butuh waktu sekitar 40 milisecond. Hal ini disebabkan oleh jarak yang harus ditempuh oleh data yaitu dari bumi ke satelit dan kembali ke bumi.Satelit geostasioner sendiri berketinggian sekitar 36.000 kilometer di atas permukaan bumi.Curah Hujan yang tinggi, Semakin tinggi frekuensi sinyal yang dipakai maka akan semakin tinggi redaman karena curah hujan.

Untuk daerah seperti Indonesia dengan curah hujan yang tinggi penggunaan Ku-band akan sangat mengurangi availability link satelit yang diharapkan. Sedangkan untuk daerah daerah sub tropis dengan curah hujan yang rendah penggunaan Ku-Band akan sangat baik. Pemilihan frekuensi ini akan berpengaruh terhadap ukuran terminal yang akan dipakai oleh masing masing pelanggan. Dan juga, media transmisi satelite rentan terhadap cuaca, debu meteor/ debu angkasa, dan keadaan cuaca lainnya.

Sun Outage, Sun outage adalah kondisi yang terjadi pada saat bumi – satelit – matahari berada dalam satu garis lurus. Satelit yang mengorbit bumi secara geostasioner pada garis orbit geosynchronous berada di garis equator atau khatulistiwa (di ketinggian 36.000 Km) secara tetap dan mengalami dua kali sun outage setiap tahunnya. Energi thermal yang dipancarkan matahari pada saat sun outage mengakibatkan interferensi sesaat pada semua sinyal satelit, sehingga satelit mengalami kehilangan komunikasi dengan stasiun bumi, baik head-end/teleport maupun ground-segment biasa.Seringkali menembakan gas hydrazine (H2Z) agar rotasi satelit agar satelit stabil di orbit, satelit perlu beberapa kali di kalibrasi agar tetap pada orbitnya.

Berdasarkan ulasan – ulasan tersebut, maka terlihat perbandingan media transmisi wireless dan satellite. Kelemahan/kelebihan media transmisi wireless/satellite itu dilihat dari kebutuhan dan keperluan pelanggan/suatu perusahaan tersebut, kemudian dilihat dari sisi pembangunan jaringannya, tempat lokasinya (letak geografis), devicenya dan sisi lainnya. Media transmisi wireless lebih murah dibandingkan media transmisi satellite. Kebanyakan media transmisi wireless digunakan dalam koneksi di tempat umum dan ada juga cabang – cabang perusahaan. Kebanyakan media transmisi satelite (VSAT) digunakan untuk koneksi dalam perusahaan besar.Dilihat dari sisi latency, media transmisi satelite lebih tinggi latency-nya di banding wireless.Kemudian, satelite tidak memperhatikan jarak, jauhnya jarak tidak mempengaruhi, sedangkan pada wireless jarak mempengaruhi frekuensi transmisi data. Pada wireless semakin tinggi gelombang radio maka semakin tinggi bandwidth tetapi jarak semakin pendek. Untuk lokasi, sangat tidak dimungkinkan menggunakan media transmisi wireless di sekitar bangunan atau gedung – gedung tinggi. Hal ini terkesan tidak efektif jika menggunakan media transmisi wireless karena dapat terjadi nLoS ataupun NLoS.Dilihat dari segi device yang digunakan. Pada satelite transmisi langsung dari satelite, sedangkan media transmisi wireless tergantung device yang digunakan (access point, radio link,dll). Pada satelite menggunakan hub. Pada media transmisi wireless,

menggunakan device access point (AP) untuk transmit data, sedangkan media transmisi satelite langsung transmit data dari satelite (VSAT LINK), ada pula menggunakan hub. AP biasanya memiliki daerah cakupan sampai 100 meter, yang biasanya disebut cell atau range.Sehingga untuk jangkauan (area coverage), media transmisi satelite dapat menjangkau lebih jauh dibanding media transmisi wireless. Kemudian, baik media transmisi wireless ataupun satelite memiliki sistem kerja dengan frekuensi yang berbeda.

Cara Kerja Satelit

  1. Cara kerja satelit sistem konvensional yaitu dengan mengirimkan sinyal dari komputer dan direlai oleh satelit tanpa dilakukan pemrosesan dalam satelit.

  2. Cara kerja transmisi data melalui dengan memperhatikan komponen-komponen tersebut, yaitu satelit menerima sinyal dari stasiun bumi  (up-link) kemudian memperkuat sinyal, mengubah frekuensi dan mentransmisikan kembali data ke stasiun bumi penerima yang lain (down-link).

  1. Internet Dengan Satelit

Teknologi Internet dengan satelit merupakan pilihan terbaik untuk daerah dengan geografis yang luas.

Kelebihan  dari penggunaan komunikasi satelit diantaranya:

1.Cakupan yang luas, satu Negara, region, ataupun satu benua

2. Bandwidth yang tersedia cukup lebar

3. Independen dan infrastuktur terrestial

4. Instalasi jaringan segmen Bumi yang sangat cepat

5. Biaya relatif rendah per site

6. Karakteristik layanan yang seragam

7. Layanan total hanya dari satu provider

8. Layanan mobile/wireless yang independen terhadap lokasi

Kelemahan Komunikasi satelit diantaranya:
1. Delay propagasi besar
2. Rentan terhadap pengaruh atmosfir
3. Up Front Cost tinggi, contoh untuk satelit GEO: Spacecraft, Ground Segment & Launch= US $ 200juta, Asuransi: $ 50 juta

Satelit sebagai jaringan internet dan multimedia memiliki beberapa kelebihan, yaitu :

  1. Jangkauan yang luas antarbenua.

  2. Mampu mentransmisikan data dengan kecepatan tinggi.

  3. Pembangunan infrastrukturnya relatif cepat.

Sedangkan beberapa kekurangan yang dimiliki adalah :

  1. Keamanan data kurang terjamin

  2. Peralatan yang sangat  mahal


  1. Netwrok layer

  1. Pengertian Network Layer

Lapisan jaringan atau Network layer adalah lapisan ketiga dari bawah dalam model referensi jaringan OSI. Lapisan ini bertanggung jawab untuk melakukan beberapa fungsi berikut:

  1. Pengalamatanlogis dan melakukan pemetaan (routing) terhadap paket-paket melaluijaringan.

  2. Membuat dan menghapus koneksi dan jalur koneksi antara dua node di dalam sebuah jaringan.

  3. Mentransfer data, membuat dan mengkonfirmasi penerimaan, dan mengeset ulang koneksi.

Lapisan jaringan juga menyediakan layanan connectionless dan connection-oriented terhadap lapisan transport yang berada di atasnya. Lapisan jaringan juga melakukan fungsinya secara erat dengan lapisan fisik (lapisan pertama) dan lapisan data-link (lapisan kedua) dalam banyak implementasi protokol dunia nyata. Dalam jaringan berbasis TCP/IP,alamat IP digunakan di dalam lapisan ini. RouterIP juga melakukan fungsi routing-nya di dalam lapisan ini.

  1. Fungsi Network Layer

Berfungsi untuk mendefinisikan alamat-alamat IP, membuat header untuk paket-paket, dan kemudian melakukan routing melalui internetworking dengan menggunakan router dan switch layer3.

Network, merupakan layer yang mendefinisikan akhir pengiriman paket data dimana komputer mengidentifikasi logical address seperti IP Addreses, bagaimana meneruskan/routing (oleh router) untuk siapa pengiriman paket data. Layer ini juga mendefinisikan fragmentasi dari sebuah paket dengan ukuran unit yang lebih kecil. Router adalah contoh yang tepat dari definisi layer ini.

Lapisan ini menyediakan teknologi switching dan routing, membuat jalur logis -yang dikenal sebagai sirkuit virtual- untuk transmisi data dari node ke node. Routing dan forwarding adalah fungsi dari lapisan ini, serta pengalamatan, internetworking, error handling, kontrol kongesti dan sequensi paket.

Network layer berfungsi untuk pengendalian operasi subnet, mendefinisikan alamat-alamat IP, membuat header untuk paket-paket, dan kemudian melakukan routing melalui internetworking dengan menggunakan router. Masalah desain yang penting adalah bagaimana caranya menentukan route pengiriman paket dari sumber ke tujuannya. Route dapat didasarkan pada table statik yang dihubungkan ke network. Route juga dapat ditentukan pada saat awal percakapan, misalnya session terminal. Terakhir, route dapat juga sangat dinamik, dapat berbeda bagi setiap paketnya. Oleh karena itu, route pengiriman sebuah paket tergantung beban jaringan saat itu.

Bila pada saat yang sama dalam sebuah subnet terdapat terlalu banyak paket, maka ada kemungkinan paket-paket tersebut tiba pada saat yang bersamaan. Hal ini dapat menyebabkan terjadinya bottleneck. Pengendalian kemacetan seperti itu juga merupakan tugas network layer.

Tugas utama dari layer network adalah menyediakan fungsi routing sehingga paket dapat dikirim keluar dari segment network lokal ke suatu tujuan yang berada pada suatu network lain. IP, Internet Protocol, umumnya digunakan untuk tugas ini. Protocol lainnya seperti IPX, Internet Packet eXchange. Perusahaan Novell telah memprogram protokol menjadi beberapa, seperti SPX (Sequence Packet Exchange) & NCP (Netware Core Protocol). Protokol ini telah dimasukkan ke sistem operasi Netware.

Secara umum fungsi dari network layer adalah:
1. Membagi aliran data biner ke paket diskrit dengan panjang tertentu
2. Mendeteksi Error
3. Memperbaiki error dengan mengirim ulang paket yang rusak
4. Mengendalikan aliran
5. Mengangkut lalu lintas antar peralatan yang tidak terhubung secara local
6. Paket diterima oleh interface router
7. Router akan mencek alamat IP tujuan
8. Melakukan  routing  tabel

  1. Router:

  1. Network components :

    1. Brouter

    2. Router

    3. Frame Relay Device

    4. ATM switch

    5. Advanced Cable Tester

  2. Protocols :

    1. IP; ARP; RARP, ICMP; RIP; OSFP;

    2. IGMP

    3. IPX

 Network layer berfungsi untuk pengendalian operasi subnet. Masalah desain yang penting adalah bagaimana caranya menentukan route pengiriman paket dari sumber ke tujuannya. Route dapat didasarkan pada table statik yang “dihubungkan ke” network.

Route juga dapat ditentukan pada saat awal percakapan misalnya session terminal. Terakhir, route dapat juga sangat dinamik, dapat berbeda bagi setiap paketnya. Oleh karena itu, route pengiriman sebuah paket tergantung beban jaringan saat itu.

 Arti istilah Brouter dianggap berkaitan erat dengan pengertian berikut Suatu alat penghubung jaringan yang mengkombinasikan fungsi router dan bridge. Alat ini mengatur lewatnya data sesuai dengan protokol yang dipakai dan menjembatani semua lalu lintas data lain.

  1. Masalah-masalah dalam rancangan network layer:

    1. transport layer

    2. rancangan internal subnet

    3. rangkaian viritual dan diagram

Layanan – layanan yang disediakan bagi transport layer:

  1. layanan harus independent terhadap tekhnologi subnet

  2. transport layer harus disekat dari jumlah, jenis, dan topologi subnet yang ada

  3. alamat jaringan yang biasa digunakan oleh transport layer harus menggunakan penomoran yang seragam, bahkan untuk LAN maupun WAN

  4. menyediakan connection oriented atau connectionless

  1. Organisasi internal network layer

Ada dua filosofi dalam mengelola subnet, yang satu menggunakan koneksi, sedangkan yang lain tidak menggunakan koneksi. Dalam konteks operasi internal sunmet, suatu koneksi biasanya disebut rangkaian virtual, baik secara internal maupun secara eksternal, sedangkan yang tidak menggunakan koneksi dinamakan datagram baik secara internal maupun eksternal.

Rangkaian virtual biasanya digunakan dalam subnet yang layanan utamanya adalah connection oriented. Dalam rangkain virtual pemilihan rute baru bagi setiap paket atau sel yang dikirim di hindarkan. Ketika koneksi telah terbentuk, sebuah rote dari computer sumber computer tujuan dipilih sebagai bagian dari pembentukan koneksi dan akan selalu diingat.

Dan pada subnet diagram tidak terdapat rute yang bekerja sebelumnya,

walaupun layanannya connection oriented setiap paket yang dikirimkan mempunyai rute yang berbeda, subnet umumnya harus kuat dan lebih mudah dapat menyesuaikan dengan kemacetan dibanding dengan subnet rangkain virtual.

  1. Rangkain virtual eksternal dan internal

Rangkaian virtual pada dasarnya adalah suatu hubungan secara logika yang dibentuk untuk menyambungkan dua stasiun. Paket dilabelkan dengan nomor sirkuit maya dan nomor urut. Paket dikirimkan akan dating secara berurutan.secara internal rangkaian maya ini biasa di gambarkan sebagai suatu jalur yang sudah di susun untuk berhubungan antara suatu stasiun dengan stasiun yang lain. Semua paket dengan asal dan tujuan yang sama akan melewati jalur yang sama sehinga akan sampai ke stasiun yang dituju sesuai dengan urutan pada saat pengiriman (FIFO).

  1. Datagram internal dan eksternal

Dalam bentuk datagram, setiap paket dikirim secara independent. Setiap paket diberi label alamat tujuan. Berbeda dengan sirkuit maya, data gram memungkinkan paket yang diterima berbeda urutan dengan urutan saat paket tersebut di kirim. Ketidak urutan ini lebih di sebabkan karena paket dengan alamat tujuan yang sama tidak harus melewati jalur yang sama. Setiap paket bersifat independent. Terhadap sebuah jalur, artinya sebuah paket sangat mungkin untuk melewati jalur yang lebih panjang dibandingkan paket yang lain, sehinga waktu  yang dibutuhkan untuk sampai ke alamat tujuan berbeda tergantung rute yang ditempuhnya.

  1. Routing

Salah satu fungsi dari network layer adalah mencari rute untuk jalur transmisi paket data dari komputer sumber ke komputer tujuan. Dalam sebagian besar subnet, paket-paket data akan memerlukan banyak lompatan dalam melakukan perjalanan. Algoritma yang memilih rute dan struktur data yang digunakan jaringan merupakan masalah utama rancangan network layer.

  1. Algoritma Routing

Alogaritma routing adalah bagian alogaritma dari perangkat lunak network layer yang bertanggung jawab untuk menentukan jalur mana yang menjadi jalur transmisi paket. Jika subnet tersebut menggunakan data gram secara internal, keputusan ini harus selalu dibuat setiap kali paket data datang. Tetapi, jika subnet tersebut menggunakn rangkain virtual secara internal, keputusan routing ini hanya akan dibuat pada waktu penetap rangkain fvirtual yang baru. Sesudah itu, pake data tinggal mengikuti rute yang telah ditetapkan sebelumnya.

Setiap Alogaritma routing memiliki sifat – sifat seperti kebenaran, kesederhanaan,kekokohan, kestabilan, kewajaran dan optimallitas. Algoritma routing harus dapat menyesuaikan diri atau bertahan terhadap perubahan – perubahan dalam topologi dan lalu lintas data. Untuk mencari rute dengan biaya minimum, dapat digunakan dua metode yaitu metode forward search algorithm dan backward search algorithm.

  1. Algoritma routing dapat dibagi menjadi dua kelas

  1. Algoritma nonadaptive tidak mendasarkan keputusan routing pada keadaan lalu lintas data dan topologi jaringan saat ini. Pemilihan jalur komunikasi yang digunakan antarmesin pada algoritma iniditentukan dari awal dan ditanamkan ke router pada saat jaringan diaktifkan. Algoritma routing ini disebut juga static routing.

  2. Algoritma adaptive menentukan jalur komunikasi berdasar kondisi jaringan saat ini, seperti topologi yang digunakan dan juga kondisilalu lintas data. Algoritma adaptive (dynamic routing) memperoleh informasi untuk proses routing secara lokal, dari router terdekat atau dari semua router yang ada dijaringan.Dua hal yang penting yang menguntungkan dari adaptive routing adalah :

a. Strategi routing adaptif dapat meningkatkan performance seperti apa yang keinginan user

b. Strategi adaptif dapat membantu kendali lalulintas. Akan tetapi, strategi ini dapat menimbul-kan beberapa akibat, misalnya :

1. Proses pengambilan keputusan untuk menetap-kan rute menjadi sangat rumit akibatnya beban pemrosesan pada jaringan meningkat.

2. Pada kebanyakan kasus, strategi adaptif tergantungpada informasi status yang dikumpulkan pada satutempat tetapi digunakan di tempat lain. Akibatnya beban lalu lintas meningkat.

3. Strategi adaptif bisa memunculkan masalah sepertikemacetan apabila reaksi yang terjadi terlampau cepat, atau menjadi tidak relevan apabila reaksi sangat lambat.

  1. Algoritma Routing terdiri dari dua metode

  1. Forward Search Algrithm

Forward search algorithm dinyatakan sebagai menentukan jarak terpendek dari node awal yang ditentukan ke setiap node yang ada. Algoritma diungkapkan dalam stage. Dengan k buah stage, jalur terpendek node k terhadap node sumber ditentukan. Node-node ini ada dalam himpunan N. pada stage ke ( k+1 ), node yang tidak ada dalam M yang mempunyai jarak terpendek terhadap sumber ditambahkan ke M. sebagai sebuah node yang ditambahkan dalam M, maka jalur dari sumber menjadi terdefinisi

  1. Backward Search Algortihm

Menentukan biaya terkecil yang diberikan node tujuan dari semua node yang ada.Algoritma ini juga diproses tiap stage.Pada setiap stage, algoritma menunjuk masing-masing node.Definisi yang digunakan : N = himpunan node yang terdapat pada jaringan. D = node tujuan I ( i,j ) = seperti keterangan di atas. C2 ( n ) = biaya dari jalur biaya terkecil dari n ke D yang dihasilkan ketika algortma dikerjakan.

Backtrackingadalah algoritma yang berbasis pada algoritma DFS (Depth-First Search) yang dapat mencari solusi sebuah persoalan dengan lebih mangkus. Algoritma ini dapat menemukan solusi sebuah persoalan tanpa perlu memeriksa semua kemungkinan solusi dan hanya mempertimbangkan pencarian yang mengarah kesolusi. Algoritma Backtracking merupakan algoritma yang berbasiskan DFS (Depth First Search). Yang dilakukan oleh algoritma ini adalah mencari kemungkinan solusi dengan menelusuri hingga node terdalam. Kemudian dilakukan perjalanan kembali dengan melalui node-node calon solusi yang telah dikunjungi untuk menemukan jalur solusi lain yang lebih sesuai. Dengan kata lain, algoritma ini akan melakukan pencarian solusi secara berurutan dari jalur solusi satu ke jalur solusi lain. Namun akan berhenti bila solusi yang sesuai telah ditemukan.

  1. Strategi Routing

Dalam mencari rute bagi paket yang dikirim dari komputer sumber ke komputer tujuan ada beberapa strategi yang dipakai.

Strategi itu melipiti fixed routing, flooding, random routing dan adaptive routing.

Proses pengisian tabel routing dilakukan dengan menggunakan algoritam routing. Prinsip umum dari routing adalah bagaimana paket dapat sampai di tujuan dengan melewati lintasan terpendek dan utilisasi rendah. Banyak jenis algoritma routing yang dikembangkan untuk berbagai jenis kebutuhan. Beberapa macam algoritma routing adalah :

  1. Distance Vector Algorithm adalah algoritma routing dengan menggunakan algoritma Bellman Ford untuk memilih rute terbaik. Pada algoritm ini setiap router memiliki distance table yang berisi alamat router berikutnya (next hop) dan cost dari link ke router tersebut. Proses pengisian tabel ini dilakukan melalui proses updating secara periodik oleh router tetangga. Pemilihan rute terbaik dilakukan dengan cara memilih next hop yang memiliki cost paling kecil. Kelemahan protokol ini adalah menjadi tidak stabil jika ditemukan lebih dari satu cost paling kecil. Protokol distance vector bekerja dengan memberikan routerrouter kemampuan untuk mempublikasikan semua rute-rute yang diketahui (router bersangkutan) keluar ke seluruh interface yang dimilikinya.

Router yang secara fisik berada pada jaringan yan g sama dinamakan neighbor. Jika router-router mempublikasikan rute-rute yang diketahuinya melalui seluruh interface-nya, dan seluruh neighbor menerima routing update, maka setiap router akan juga mengetahui rute-rute yang dapat dilalui ke seluruh subnet suatu jaringan.

Beberapa hal berikut ini akan lebih mempermudah memahami

konsep dasar distance vector:

  1. Router secara otomatis akan menambahkan subnet-subnet yang terhubung langsung ke dalam routing table tanpa menggunakan protokol routing.

  2. Router mengirim routing update keluar ke seluruh interfacenya untuk memberitahu rute rute yang telah diketahuinya.

  3. Router “memperhatikan” routing update yang berasal dari neighbor-nya, sehigga router bersangkutan dapat mempelajari rute-rute baru.

  4. Informasi routing berupa nomor subnet dan suatu metrik. Metrik mendefinisikan seberapa baik rute bersangkutan. Semakin kecil nilai metrik, semakin baik rute tersebut.

  5. Jika memungkinkan, router menggunakan broadcast dan multicast untuk mengirim routing update. Dengan menggunakan paket broadcast atau multicast, seluruh neighbor dalam suatu LAN dapat menerima informasi routing yang sama untuk sekali update.

  6. Jika suatu router mempelajari multirute untuk subnet yang sama, router akan memilih rute terbaik berdasarkan nilai metriknya.

  7. Router mengirim update secara periodik dan menunggu menerima update secara periodik dari router-router neighbor.

  8. Kegagalan menerima update dari neighbor pada jangka waktu tertentu akan menghasilkan pencabutan router yang semula dipelajari dari neighbor.

  9. Router berasumsi bahwa rute yang diumumkan oleh suatu router X, router next-hop dari rutenya adalah router X tersebut.

Beberapa fitur Protokol Distance Vector :

Route Poisoning

Routing loop dapat terjadi pada protokol distance vector routing ketika router-router memberitahukan bahwa suatu rute berubah dari kondisi valid ke tidak valid. Konvergensi yang lambat akan mengakibatkan router neighbor terlambat mendapat pemberitahuan kondisi tersebut, sehingga router neighbor tetap menganggap rute tersebut valid (dengan hop 1). Ketika router neighbor mengirimkan pemberitahuan keluar ke suluruh interfacenya, router pertama (yang memberitahukan kegagalan hubungan) akan mendapat informasi bahwa hubungan yang tidak tidak valid tersebut dapat dicapai dari router neighbor dengan hop 2. Kedua router akan terus saling memberi informasi rute yang salah tersebut disertai dengan menaikkan informasi hop-nya. Dengan Route poisoning, router tidak akan memberitahukan

status tidak valid pada suatu rute yang gagal. Tetapi akan tetap memberikan informasi keadaan rute yang gagal dengan status valid. Rute tersebut akan diberi metrik yang sangat besar, sehingga router lain akan menganggap rute tersebut sebagai rute yang tidak valid.

Split Horizon

Fitur Route poisoning tidak seluruhnya dapat mengatasi kondisi looping. Pada kasus di atas, ketika suatu router memberitahukan suatu rute yang gagal dengan metrik yang sangat besar, router neighbor kemungkinan tidak langsung mendapat pemberitahuan ini.

Jika router neighbor kemudian memberitahu rute yang tidak valid tersebut ke router pertama (yang memberitahukan kegagalan hubungan) bahwa rute tersebut dapat dicapai dari dirinya dengan metrik yang jauh lebih baik, maka kondisi di atas dapat terjadi lagi. Split horison mengatasi masalah ini dengan memberikan aturan bahwa suatu router yang mendapat pemberitahuan update informasi melalui interface x, tidak akan mengirimkan pemberitahuan yang sama

ke interface x pula.

  1. Split Horizon with Poison Reverse

Split horizon with poison reserve merupakan varian dari split horizon. Pada kondisi stabil, router bekerja dengan fitur split horison.Tetapi ketika suatu rute gagal, router neighbor yang mendapatinformasi ini akan mengabaikan aturan split horizon, dan kemudianmengirimkan kembali informasi tersebut ke router pertama denganmetrik yang sangat besar pula. Metode ini dapat memastikan bahwaseluruh router mendapat informasi yang benar mengenai kondisi rutetersebut.

  1. Hold-Down Timer

Kondisi looping masih tetap terjadi pada jaringan redundant (jaringan dengan lebih dari satu jalur) walaupun fitur split horizon telahdiaktifkan. Hal ini dimungkinkan karena suatu router dalam jaringandapat memperoleh informasi mengenai rute yang sama melalui lebihdari satu jalur dan router. Oleh karenanya ketika suatu rutediinformasikan tidak valid oleh router bersangkutan, maka routerneighbor pada saat yang sama juga mungkin mendapat informasi darirouter lain dengan metrik yang masih dapat dijangkau. Informasi rutevalid ini (poison) kemudian disampaikan ke router pertama, sehinggakondisi looping akan terjadi.

Hold-Down Timer mengatasi masalah ini dengan memberikan aturan bahwa ketika suatu router yang mendapat pemberitahuan suatu rute tidak valid, router tersebut akan mengabaikan informasi rute-rute alternatif ke subnet bersangkutan pada suatu waktu tertentu (hold-downtimer).

  1. Triggered (Flash) Updates

Protokol distance vektor biasanya mengirimkan update secara reguler berdasarkan interval waktu tertentu. Oleh karenanya banyak masalah looping terjadi sesaat setelah suatu rute tidak valid. Hal ini disebabkan karena beberapa router tidak segera mendapat informasi ini. Beberapa router mengatasi masalah ini dengan menggunakan fitur triggered update atau flash update,

dimana router akan segera mengirim pemberitahuan update baru sesaat setelah suatu rute tidak valid. Dengan demikian informasi perubahan status rute dapat segera di-forward-kan secara lebih cepat, sehingga pengaktifan hold-downtimer di sisi router neighbor juga lebih cepat.

  1. RIP dan IGRP

RIP (Routing Information Protocol) dan IGRP (Interior Gateway Routing Protocol) merupakan dua standar protokol routing berbasis distance vector routing protocol. RIP dan IGRP memiliki banyakkesamaan secara logik. Beberapa perbedaan penting dari keduaprotokol routing ini diperlihatkan pada tabel berikut ini:

Tabel 1. Perbedaan antara RIP dan IGRP

Function

RIP

IGRP

Update Timer

30 detik

90 detik

Metric

Hop count

Fungsi bandwidth dan delay (default),

Dapat juga berisi reliability, load, dan

MTU

Hold-Down Timer

180

280

Flash (Triggered)

Updates

Ya

Ya

Mask Sent in Update

Tidak

Tidak

Infinite-metric Value

16

4.294.967.295

IGRP Metric memberikan penghitungan yang lebih baik mengenai seberapa baik rute-rute yang ada dibandingkan RIP metric. IGRP metric dihitung menggunakan pengukuran bandwidth dan delay pada interface dimana informasi update diterima. Hal ini akan memberikan arti yang lebih baik dibandingkan metrik berdasarkan hop count.

RIP menggunakan penghitungan hop untuk besaran metriknya. Ketika informasi update diterima, metrik dari setiap subnet dalam informasi update merupakan jumlah router yang dilalui oleh informasi antara router penerima dengan setiap subnet. Hal ini dapat dilakukan karena sebelum mengirim informasi update, router akan menambah satu nilai metrinya untuk setiap subnet.

  1. Link State Algorithm adalah algoritma routing dengan menggunakan algoritma Djikstra untuk mencari rute terbaik. Pada algoritma ini masing-maing router membangun topologi network dalam bentuk map/graph berdasarkan informasi yang dikirim oleh node-node lain. Dengan menggunakan map tersebut suatu rute dipilih berdasarkan algoritma Djikstra untuk mendapatkan path paling pendek. Kelemahan protokol ini adalah menyebabkan trafik yang besar pada jaringan untuk kebutuhan update informasi routing.

Routing link-state memiliki keunggulan pada jaringan besar

karena beberapa alasan berikut:

  1. Protokol link-state hanya mengirim update dari topologi yang berubah saja.

  2. Periode update lebih jarang dibanding protokol distance vector.

  3. Routing link-state dapat disegmentasi ke dalam hirarki-hirarki area yang dapat membatasi jangkauan perubahan-perubahan rute.

  4. Mendukung classless addressing.

  5. Routing link-state mengirim subnet mask bersama dengan update routing.

Protokol routing link-state mengurangi trafik broadcast karena protokol ini tidak secara periodik melakukan broadcast ataupun mengirimkan seluruh isi tabel routing-nya ketika melakukan broadcast. Protokol routing link-state melakukan pertukaran salinan lengkap tabel rutenya ketika inisialisasi berlangsung. Selajutnya pertukaran update rutenya dilakukan secara multicast dan hanya pada saat terjadi perubahan (dibangkitkan oleh perubahan topologi). Dengan demikian kondisi ini memungkinkan hanya perubahan saja yang dikirim ke router-router lain, bukan seluruh route table-nya. Berbeda dengan protokol distance vector, protokol link-state harus menghitung informasi metrik rute yang diterimanya.

Router akan menghitung seluruh cost yang berhubungan dengan link pada  setiap rute untuk mendapatkan metrik rute-rute yang terhubung. Hal ini mengakibatkan router-router yang menggunakan protokol link-state bekerja lebih berat dan memerlukan lebih banyak memory serta siklus pemrosessan.

Tabel 2. Perbandingan Protokol Link-State dan Distance Vector.

Fitur

Link-State

Distance Vector

Convergence Time

Fast

Slow, mainly because Of loop-avoidance features

Loop Avoidance

Built into the protocol

Requires extra features such as split horizon

Memory and CPU Requirements

Can be large; good design can minimize

Low

Requires Design Effort for Large Networks

Yes

No

Public Standard or Proprietary

OSPF is public

RIP is publicly defined; IGRP is not

  1. Open Shortest Path First (OSPF)

OSPF adalah protokol routing yang diperuntukkan bagi jaringan IP dengan Interior Gateway Protocol (IGP) oleh working group dari Internet Engineering Task Force (IETF). OSP memiliki dua karakteristk utama, yaitu open standard dan berbasis pada algoritma SPF yang kadangkala direferensikan dengan algoritma Dijkstra (seseorang yang memiliki kontribusi pembuatan algoritma SPF). Proses dasar pembelajaran rute-rute OSPF untuk pertamakalinya umumnya:

  1. Setiap router menemukan neighbor melalui setiap interfacenya. Daftar setiap neighbor di simpan dalam tabel neighbor.

  2. Setiap router menggunakan protokol tertentu untuk bertukar informasi topologi (LSA) dengan neighbor-nya.

  3. Setiap router menyimpan informasi topologi yang dipelajarinya dalam database topologi.

  4. Setiap router menjalankan algoritma SPF pada database topologinya untuk menghitung rute-rute terbaik dari setiap subnet di database.

  5. Setiap router menyimpan rute-rute terbaik ke setiap subnet ke dalam tabel routing-nya.

Beberapa fitur Protokol link state :

a. Steady-State Operation

Tidak seperti protokol distance vector, protokol link-state menjaga hubungan dengan neighbor melalui pengiriman paket-paketkecil secara tak berkala dan jarang (kadang-kadang). OSPF menyebutpaket kecil ini dengan Hello packets. Hello packet secara sederhanamengidentifikasi subnet dan keaktifan link serta router neighbor.Ketika router gagal menerima paket Hellos dari neighbor padasuatu interval tertentu (dinamakan dead interval), router akanmempercayai bahwa router bersangkutan mengalami kegagalan danmenandainya dengan “down” pada database topologi-nya. Kemudianrouter berhenti menerima paket Hello dan mulai menjalankan Dijkstrauntuk menghitung kembali rute-rute baru.

b. Loop Avoidance

Algoritma SPF mencegah loop yang secara natural telah dilakukan bersamaan dengan pemrosessan database topologi, sehingga tidak diperlukan fitur loop-avoidance seperti split horizon, poison reserve, hold down timer, dan lain sebagaianya.

c. Scalling OSPF Through Hierarchical Design

Pada jaringan besar dengan ratusan router, waktu konvergensi OSPF dapat melambat, dan membutuhkan banyak memory, serta pembebanan prosessor. Masalah ini dapat diringkas sebagai berikut:

  1. Pada topologi database yang besar dibutuhkan lebih banyak memory dalam setiap router.

  2. Pemrosessan database topologi yang besar dengan algoritma SPF membutuhkan daya pemrosessan yang bertambah secara eksponensial sebanding dengan ukuran database topologi.

  3. Satu perubahan status interface (up ke down atau down ke up) memaksa setiap router untuk menjalankan SPF lagi.

Meskipun demikian, tidak ada definisi yang tepat untuk mendeskripsikan “jaringan besar”. Sebagai patokan (sangat umum, bergantung pada desain, model, router, dan lain-lain), untuk jaringan dengan paling sedikit 50 router dan 100 subnet, fitur OSPF scalability seharusnya digunakan untuk mengurangi problem di atas.

  1. OSPF Area

Penggunaan OSPF area dapat memecahkan banyak (tidak semuanya) permasalahan mendasar ketika menjalankan OSPF pada jaringan besar. OSPF area memecah-mecah jaringan sehingga router dalam satu area lebih sedikit mengetahui informasi topologi mengenai subnet pada area lainnya. Dengan database topologi yang lebih kecil, router akan mengkonsumsi memory dan proses yang lebih sedikit. OSPF menggunakan istilah Area Border Router (ABR) untuk mendeskripsikan suatu router yang berada diantara dua area

(perbatasan).  Suatu ABR memiliki database topologi untuk kedua area tersebut dan menjalankan SPF ketika status link berubah pada salah satu area. Penggunaan area tidak selamanya mengurangi kebutuhan memory dan sejumlah penghitungan SPF untuk router ABR.

  1. Stub Area

OSPF mengijinkan pendefinisian suatu area sebagai stub area, sehingga dapat mengurangi ukuran database topologi. OSPF juga mengijinkan varian area lain yang dapat mengurangi ukuran database topologi, dimana juga akan mempercepat pemrosessan algoritma SPF. Tipe area terbaru saat ini adalah Totally Not-So-Stubby Area (TNSSA).

  1. Balanced Hybrid Routing Protocol

Cisco menggunakan istilah balanced hybrid untuk mendeskripsikan protokol routing yang dipakai oleh EIGRP (enhanced IGRP). Hal ini dikarenakan EIGRP memiliki beberapa fitur seperti protokol distance vector dan protokol link-state. EIGRP menggunakan formula berbasis bandwidth dan delay untuk menghitung metrik yang bersesuaian dengan suatu rute. Formula ini mirip dengan yang digunakan oleh IGRP, tetapi jumlahnya dikalikan dengan 256 untuk mengakomodasi perhitungan ketika nilai bandwidth yang digunakan sangat tinggi.

EIGRP melakukan konvergensi secara cepat ketika menghindari loop. EIGRP tidak melakukan perhitungan-perhitungan rute seperti yang dilakukan oleh protokol link-state. Hal ini menjadikan EIGRP tidak membutuhkan desain eksta, sehingga hanya memerlukan lebih sedikit memory dan proses dibandingkan protokol link-state. Konvergensi EIGRP lebih cepat dibandingkan dengan protokol distance vector.

Hal ini terutama disebabkan karena EIGRP tidak memerlukan fitur loop-avoidance yang pada kenyataannya menyebabkan konvergensi protokol distance vector melambat.

Hanya dengan mengirim sebagian dari routing update (setelah seluruh informasi routing dipertukarkan), EIGRP mengurangi pembebanan di

jaringan. Salah satu kelemahan utama EIGRP adalah protokol ini Ciscoproprietary, sehingga jika diterapkan pada jaringan multivendor diperlukan suatu fungsi yang disebut route redistribution. Fungsi ini akan menangani proses pertukaran rute router diantara dua protokol link-state (OSPF dan EIGRP).

Tabel 3. Fitur EIGRP dibandingkan dengan OSPF dan IGRP.

Function

EIGRP

IGRP

OSPF

Discover neighbor before exchanging

routing information

Yes

No

Yes

Builds some form of topology table in

addition

to adding routes to the routing table

Yes

No

Yes

Converges quickly

Yes

No

Yes

Use metrcs based on bandwidth and

delay by default

Yes*

Yes

No

Sends full routing information on

every

routing update cycle

No

Yes

No

Requires distance vector loop-avoidance

Features

No

Yes

No

Public standard

No

No

Yes

*EIGRP menggunakan metrik yang sama seperti IGRP, kecuali penskalaan metrik dikalikan dengan 256.

  1. Path Vector Protocol adalah protokol yang dipakai sebagai inter domain routing yaitu routing antar domain yang berbeda. Hal ini berbeda dengan protokol sebelumnya yang hanya bisa dipakai pada domain yang sama. Prinsip kerjanya mirip dengan distance vector hanya saja informasi routing dipertukarkan antar speaker node, yaitu node yang mewakili masing-masing domain. Informasi yang dipertukarkan adalah path yang ada di dalam masing-masing domain, bukan cost seperti pada distance vector.

Pola routing ini akan menentukan aliran trafik yang mengalir pada link-link transmisi. Jika pola routing tidak optimal maka akan menghasilkan utilisasi yang tidak seimbang pada link-link sehingga aliran yang mengalir menjadi tidak optimal. Salah satu algoritma yang banyak dipakai untuk menghasilkan maksimum flow adalah algoritma Ford-Fulkerson. Pada algortima ini proses dimulai dengan pencarian flow augemented path (FAP) untuk suatu pasangan sumber-tujuan.

Pada masing-masing FAP tersebut dialirkan trafik sampai tercapai maksimum flow pada masing-masing FAP tersebut. Jumlah semua trafik yang mengalir ke tujuan adalah maksimum flow yang bisa dibawa oleh network tersebut.

  1. Algoritma Pengendalian Kemacetan

Dalam jaringan data dan teori queueing, kemacetan jaringan terjadi ketika link atau node membawa begitu banyak data yang kualitas layanan memburuk. Efek khas termasuk antrian delay, packet loss atau pemblokiran sambungan baru. Konsekuensi dari dua terakhir adalah bahwa kenaikan tambahan dalam menawarkan beban memimpin baik hanya untuk peningkatan kecil dalam throughput jaringan, atau pengurangan aktual dalam throughput jaringan.

Protokol jaringan yang menggunakan transmisi ulang agresif untuk mengkompensasi hilangnya packet cenderung untuk menjaga sistem dalam keadaan kemacetan jaringan bahkan setelah beban awal telah dikurangi ke tingkat yang tidak biasanya telah mendorong kemacetan jaringan. Dengan demikian, jaringan yang menggunakan protokol ini dapat menunjukkan dua negara stabil di bawah tingkat yang sama beban. The stabil negara dengan throughput rendah dikenal sebagai keruntuhan kongestif.

Jaringan modern menggunakan kontrol kongesti dan teknik menghindari kemacetan untuk mencoba untuk menghindari runtuhnya kemacetan. Ini termasuk: backoff eksponensial dalam protokol seperti 802.11 ‘s CSMA / CA dan asli Ethernet, pengurangan jendela di TCP, dan antrian adil dalam perangkat seperti router. Cara lain untuk menghindari efek negatif dari kepadatan jaringan adalah menerapkan skema prioritas, sehingga beberapa paket ditransmisikan dengan prioritas yang lebih tinggi daripada yang lain. Skema prioritas tidak memecahkan kemacetan jaringan sendiri, tetapi mereka membantu untuk mengurangi efek kemacetan untuk beberapa layanan. Contoh dari hal ini adalah 802.1p. Metode ketiga untuk menghindari kemacetan jaringan adalah alokasi eksplisit sumber daya jaringan untuk aliran tertentu. Salah satu contoh dari hal ini adalah penggunaan Peluang Transmisi Contention Bebas (CFTXOPs) di ITU-T G.hn standar, yang menyediakan kecepatan tinggi (sampai 1 Gbit / s) area jaringan lokal melalui kabel rumah yang ada (saluran listrik, saluran telepon dan kabel koaksial).

  1. Keruntuhan Kongestif

Keruntuhan kongestif (atau runtuh kemacetan) adalah suatu kondisi yang paket switched jaringan komputer bisa mencapai, ketika sedikit atau tidak ada komunikasi yang berguna yang terjadi akibat kemacetan.

Kemacetan runtuhnya umumnya terjadi pada titik akhir dalam jaringan, di mana total lalu lintas masuk ke node melebihi bandwidth keluar. Titik koneksi antara jaringan area lokal dan wide area network adalah titik akhir yang paling mungkin.

Bila jaringan dalam kondisi seperti itu, telah menetap (di bawah berlebihan) ke dalam keadaan yang stabil di mana permintaan lalu lintas yang tinggi tetapi sedikit throughput yang berguna tersedia, dan ada tingkat tinggi delay dan loss (yang disebabkan oleh router membuang paket karena mereka Output antrian terlalu penuh) dan kualitas layanan umum sangat miskin.

BAB III

PENUTUP

  1. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa :

  1. Jaringan dibagi 2 kategori, yaitu koneksi point-to-point & saluran broadcast.

  2. Bridge adalah alat yang digunakan pada suatu jaringan yang berfungsi untuk memisahkan sebuah jaringan yang luas menjadi segment yang lebih kecil.

  3. LAN (Local Area Network) adalah jaringan yang dibatasi oleh area yang relatif kecil, umumnya dibatasi oleh area lingkungan seperti sebuah perkantoran di sebuah gedung, atau sebuah sekolah, dan biasanya tidak jauh dari sekitar 1 km persegi.

  4. HIPPI merupakan protocol transfer data berkecepatan tinggi, Awalnya dirancang sebagai saluran data point to point bukan LAN.Karena kebutuhan perpindahan peripheral maka ditambahkan sebuah crossbar switch ke HIPPI.

  5. Satellite merupakan alat dalam orbitbumi yang khusus untuk menerima atau menghantarkan  data secara nirkabel (tanpa kabel).

  6. Network layer menyediakan layanan bagi transport layer pada interface network layer, transport layer.

  7. Network layer telah mendapat tugas untuk mengatasi semua masalah seperti ini, sehingga memungkinkan jaringan-jaringan yang berbeda untuk saling terinterkoneksi.

  8. Routing adalah proses pemilihan rute atau jalan pada suatu network pada saat pengiriman paket data

  9. Algoritma routing adalah bagian algoritma dari perangkat lunak network layer yang bertanggung jawab untuk menentukan jalur mana yang menjadi jalur transmisi paket.

  10. Distance Vector Algorithm adalah algoritma routing dengan menggunakan algoritma Bellman Ford untuk memilih rute terbaik.

  11. Link State Algorithm adalah algoritma routing dengan menggunakan algoritma Djikstra untuk mencari rute terbaik.

  1. Path Vector Protocol adalah protokol yang dipakai sebagai inter domain routing yaitu routing antar domain yang berbeda.

  2. Backtrackingadalah algoritma yang berbasis pada algoritma DFS (Depth-First Search) yang dapat mencari solusi sebuah persoalan dengan lebih mangkus.

  3. Sistem kerja dari ICMP secara singkat adalah sebagai berikut : pesan ICMP akan diberi header IP tujuan dengan melalui interface yang ada.

  4. Ada dua tipe pesan yang dapat dihasilkan oleh ICMP yaitu ICMP Error Message dan ICMP Querry Message.

  5. Dalam lapisan internet TCP/IP peran protokol IP dan ICMP sangat berpengaruh. Bahkan kedua protokol ini saling berkaitan dan tidak bisa dilepaskan satu dengan yang lain. Artinya masing-masing tidak dapat berdiri sendiri, meskipun diketahui bahwa setiap protokol memiliki tugas masing-masing dalam dalam satu layer.

  1. Saran

Sebagai pemula penulis sadar akan banyak nya kekurangan dalam penulisan makalah ini, namun penulis sudah berusaha untuk menyajikan sebuah makalah yang InsyaAllah layak di dibaca oleh para pembaca.

Daftar Pustaka

  1. Primmer , Meryem ; “An Introduction to Fibre Channel”, Hewlett-Packard Journal, Oktober, 1996.

  2. Alan R.Albrecht, Patricia A. Thaler; “ Introduction to 100VG-AnyLAN and the IEEE 802.12 Local Area Network Standard”, Hewlett-Packard Journal, Agustus, 1995.

  3. 100VG-AnyLAN, diambil dari http://www.maznets.com/tech/

  4. Bell, Jim; “The HIPPI Protocol “,Ohio State University, 1995.

  5. J. Hughes; “ HIPPI”, In Proceedings of the 17th Conference on Local Computer Networks. IEEE, October,1992.

  6. Tolmie ,Don E., Halvorson Marty G. ; “ HIPPI / Serial-HIPPI “, IEEE, 1992.

  7. file:///C:/Users/Andy/Pictures/My%20Activities%20%20LAN%20Kinerja%20Tinggi.htm

  8. www.google.co.id

  9. Tim Penelitian dan Pengembangan Wahana Komputer, Konsep Jaringan Komputer dan Pengembangannya, Salemba infotek, Jakarta, 2003.

  10. URL : http://mudji.net/press/?cat=8

  11. URL : http://id.wikipedia.org/wiki/Model_OSI

  12. URL : http://www.ee.ui.ac.id/ratna/JARKOM/LapJar1/sld029.htm

  13. URL : http://www.kolamgresik.co.cc/?q=content/pengenalan-jaringan